Liga 1 2017 baru sepertiga perjalanan, dan untuk sementara klub andalan kota Anging Mammiri PSM Makassar memimpin klasemen sementara dengan perolehan 23 poin dari 11 laga. PSM Makassar sudah langsung tancap gas sejak digulirnya Liga 1 dengan karakter permainan agresif. Hal inilah yang membuat tim Juku Eja menjadi salah satu kandidat juara Liga 1 2017. Adalah sosok pelatih asal Belanda, Robert Alberts, yang berada di balik kesuksesan PSM sejauh ini. Sosok pelatih yang cerdas dan bertangan dingin ini datang ke Makassar dengan konsep yang jelas yaitu membentuk tim PSM Makassar made in Robert Alberts. Tengok saja bagaimana Coach Robert Alberts membuat pemain senior kembali bersinar. Kapten tim Hamka Hamzah tampil gemilang bersama Zulkifli Syukur di lini pertahanan. Di lini depan, Ferdinand Sinaga, Titus Bonai dan M Rahmat menjadi pilihan pemain yang dapat diandalkan meski kerap turun sebagai pemain pengganti. Dari sisi pemain U-23, coach Alberts dengan cerdas mengasah dan mengoptimalkan stok pemain yang ada. Sebut saja bek kiri Reva Adi Utama, gelandang Moh Arfan, Asnawi Mangkualam Bahar, dan winger energik Ridwan Tawainella yang berhasil tampil memukau sejauh ini. Performa gemilang keempat pemain masa depan PSM ini memudahkan kerja kuartet asing yang terdiri dari Marquee Player Willem Jan Pluim, Reinaldo Elias, Marc Anthony Klok dan Steven Paulle. Kemampuan Coach Robert dalam meracik pemain senior, pemain muda dan pemain asing inilah membuat permainan PSM Makassar di Liga 1 sangat agresif dan enak untuk ditonton. Permainan berorientasi menyerang lewat skema 4-3-3 dalam intensitas tinggi diimplementasikan Hamka Hamzah dkk dengan jitu. Tak heran jika PSM Makassar sukses berada di puncak klasemen Liga 1 sebelum liburan lebaran. Semoga ini semua menjadi momentum kebangkitan sepakbola Makassar. Ewako PSM!!!
hebat mentong itu meneer. doi mengerti betul karakter orang sini. trus banyak pemain muda yg "jadi" di tangannya. semoga psm bisa jaga terus tren meang sehingga bisa jadi juara liga 1. amin
Iya benar PSM yang sekarang ini memang beda. Kekuatan di tiap lini hampir merata (dalam arti: di tiap-tiap lini, kualitas pemain pelapis tidak tertinggal jauh dari pemain utama). Belum lagi keahlian sang pelatih RA yang mampu meredam ego semua pemain sehingga mereka semua dapat fokus menjalankan strategi yang sudah disusun RA di lapangan. Semoga ke depannya, tim tetap solid dan fokus menatap trofi Liga 1.
